Nilai Estetis Sejarah Tempo Dulu

Selasa, 03 Maret 20150 komentar

Oleh : M. Saichurrohman
Dengan rasa, cipta dan karsa, seseorang berusaha menemukan keindahan sesuai selera masing-masing-masing, hal ini akan menimbulkan estetika yang menjadikan seseorang tersebut menjadi seorang seniman ataupun pencipta karya seni, dengan kemampuan membedakan antara yang indah dan yang jelek. (Inu Kencana Syafiie:2004)[1]

Dilihat dari pengertiannya, Estetika berasal dari bahasa yunani yaitu “Aisthesis” yang berati pengamatan. Maksudnya dari pengamatan atau pengalaman seseorang akan bisa menemukan batasan yang membedakan cita rasa seperti rasa indah, bagus, elok, dsb, dengan membandingkan dengan cita rasa lawannya.[2] Jadi keindahan atau nilai estetis ini sebenarnya akan diperoleh ketika seseorang telah memiliki penglaman akan keindahan tersebut. Misalnya  seseorang akan mengatakan bahwa pantai sanur bali sangat indah, ketika ia telah memiliki pengalaman/ pengamatan akan pantai tersebut.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Estetika memiliki dua arti : 1). cabang filsafat yang menelaah dan membahas tentang seni dan keindahan serta tanggapan manusia terhadapnya; 2). kepekaan terhadap seni dan keindahan. Dari pengertian itu dapat kita pahami bahwa ada dua kunci yang bisa kita ambil dari pengertian estetika, yakni tentang keindahan dan juga tentang seni. Keindahan merupakan suatu hal yang abstrak yang hanya bisa dirasakan oleh jiwa manusia, sedangkan seni ialah hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang didalamnya ada unsur fisik yaitu karya seni  serta nonfisik yaitu keindahan yang bisa dinikmati dalam karya seni tersebut.
Dari pengertian estetika diatas dapat kita pahami bahwa keindahan dan seni ialah dua hal yang selalu melekat pada diri manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia juga akan berusaha memperoleh berbagai hal yang untuk memuaskan dirinya. Kepuasan tersebut akan diperoleh oleh setiap manusia ketika dalam jiwanya telah memperoleh rasa kebahagiaan, kesenangan maupun terpenuhinya rasa ingintahu.
Kebahagiaan, kesenangan maupun rasa ingin tahu yang dapat memberi kepuasan dalam diri manusia sangat bersifat subjektif. Subjektif disini maksudnya bahwa tingkat kebahagiaan, kesenangan ataupun ingin tahu seseorang berbeda-beda. Jadi untuk memenuhi kebahagiaan , kesenangan  dan rasa ingin tahu sangat tergantung oleh individu masing-masing. Setiap orang berhak memilih seleranya masing-masing, sesuai dengan pilihannya untuk memenuhi kepuasan jiwanya.
Nilai estetis atau keindahan dapat dihadirkan oleh alam, seperti contoh keindahan pantai, gunung, danau, air terjun dsb. Selain oleh alam keindahan juga dapat dimunculkan dari karya seni ciptaan manusia. Karya seni tersebut bermacam-macam, seperti lukisan, lagu, puisi, drama, dsb. Dari dua objek tersebut (alam, karya seni), seseorang  haruslah memiliki pengalaman untuk dapat merasakan keindahan tersebut, yaitu dengan menyaksikan langsung keindahan alam, mendengarkan lantunan puisi, melihat untuk menikmati keindahan lukisan dsb.
Selain itu, ada kalanya keindahan dan rasa kepuasan manusia dapat diperoleh dari romantisme masa lalu. Karena masa lalu atau sejarah ialah hal yang selalu mengiringi kehidupan manusia. Setiap manusia bahkan selalu mencari sejarah masa lalunya dan kemudian berusaha mengenang dan menjaga rangkaian kisah masa lalunya tersebut. Karena dapat kita pahami juga bahwa sebagai peristiwa yang telah terjadi tentu rangkaian peristiwa tersebut tidak dapat dimunculkan kembali, kecuali hanya dengan merekontruksi kembali melalui ingatan manusia ataupun menggunakan jejak-jejak yang ditinggalkan seperti data-data tertulis, gambar/foto dan juga video.
Peninggalan-peninggalan sejarah yang ada nantinya akan merekontruksi fikiran manusia tentang sejarah masa lalu. Melalui tulisan sejarah, cerita-cerita sejarah, dan foto-foto serta video, ingatan manusia berusaha diajak kembali kepada sejarah masa lalu. Dari hal tersebutlah yang akan menimbulkan romantisme serta kepuasaan jiwa dari berbagai kenangan sejarah yang dapat dirasakan dan dinikmati kembali.

Sejarawan dan nilai estetis Sejarah
Sejarah merupakan rangkaian peristiwa yang telah tejadi dimasa lalu, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sebagai rangkaian peristiwa masa lalu, sejarah selalu dicari dan dibutuhkan manusia. Bahkan Setiap saat manusia tak bisa terlepaskan oleh sejarah. Misalnya  ketika seseorang tengah menceritakan kejadian unik yang dialami sehari yang lalu ketika berlibur, ataupun bercerita bahwa tadi pagi dia telah menolong seorang anak kecil yang tengah terjatuh dari sepeda, tentu kedua hal  yang diceritakan itu merupakan peristiwa sejarah, walupun yang diceritakan ialah kejadian satu detik yang lalu.
Peristiwa-peristiwa yang telah berlalu tersebut tentu tidak akan hidup dan tersampaikan jikalau tidak ada yang membunyikannya. Disini manusia sangat dibutuhkan untuk menarasikan atau membunyikan peristiwa masa lalu tersebut. Setiap orang memiliki hak dan kemampuan untuk membunyikan peristiwa masa lalu, namun tentunya ada orang-orang yang memang lebih ahli dalam menarasikan atau menceritakannya, yaitu para sejarawan. Sebagai seorang yang berkecimbung dibidang sejarah, sejarawan sangat ahli dalam mencari, dan merangkai jejak-jejak sejarah menjadi satu kesatuan cerita yang runtut dan menarik.
Kemampuan sejarawan dalam menarasikan peristiwa masa lalu inilah yang memiliki nilai estetis yang dapat dinikmati oleh semua orang. Dengan sudah terungkapnya peristiwa sejarah dan dibukukannya peristiwa sejarah yang telah diteliti oleh sejarawan, membantu manusia lain untuk mengetahui banyak hal tentang sejarah masa lalu. Disini  seseorang dengan leluasa bisa menikmati cerita masa lalu tersebut. Dengan ditulisnya sejarah masa lalu tersebut seseorang juga akan mampu menjangkau peristiwa yang sangat jauh dari masanya sedekat dengan jiwa dan pikirannya.
Sejarawan dengan karya-karyanya berusaha mengajak orang-orang untuk menjelajahi dunia masa lalu yang  begitu luas. Dengan banyak hal sejarawan mampu menunjukkan peristiwa masa lalu yang begitu mengasikan kepada penikmat sejarah. Tentu hal itu yang menjadi  nilai estetis sejarah, karena sudah mampu memberikan kepuasan dan jawaban rasa ingin tahu  para penikmat sejarah. selain itu, rasa kepuasan dari cerita sejarah masa lalu tersebut tentu hanya dapat dirasakan oleh alam fikiran, jiwa dan rasa manusia.  selain itu masalah suka atau tidak suka, puas atau tidak puas, indah atau tidak indah dari rangkain peristiwa masa lalu  tersebut juga sangat bersifat subjektif dan sesuai selera manusia sendiri. Adakalanya orang sangat bisa menikmati sejarah tapi ada juga yang tidak mampu memperoleh kenikmatan tersebut. Tentu inilah pilihan jiwa dan selera, apakah seseorang akan menemukan kepuasannya disitu ataupun ditempat yang lain.
Nilai Estetis Foto Tempo Dulu
Jika membahas tentang sejarah tentu foto-foto tempo dulu menjadi salah satu media perekam sejarah masa lalu. Banyak perisstiwa-peristiwa masa lalu yang telah terabadikan dalam sebuah foto. Sehingga dengan melihat foto-foto tersebut  fikiran manusia bisa langsung dibawa keperistiwa masa lalu.
Foto sebagai media perekam sejarah memiliki nilai estetis tersendiri. Banyak foto-foto yang mempu bercerita tentang sejarah masa lalu. Seperti contoh ketika kita melihat foto Surabaya tahun 1900-an, tentu kita bisa menyaksikan kehidupan tempo dulu yang jauh berbeda dengan kehidupan masa sekarang. Selain itu banyak aspek yang mampu kita tangkap dari berbagai foto-foto Surabaya ditahun tersebut. Misalnya tata ruang kota, transportasi darat, kehidupan sosial seperti tyang terlihat pada gambar dibawah ini .
Gambar : De Roode Brug te Soerabaja Circa 1900
Sumber : http://media-kitlv.nl/
Selain itu, foto-foto lainnya juga merekam aspek –aspek yang lain seperti ekologi kota, perkampungan masyarakat,  taman kota tempo dulu dan sebagainya. Hal ini bisa kita saksikan dari beberapa gambar dibawah ini.

Gambar : Batavia. Chineesche Wijk Circa 1915 & Title Park te Batavia Circa 1920
Sumber : http://media-kitlv.nl/
Dari beberapa foto diatas tentu kita menjadi tahu mengenai suasana kota tempo dulu, misalnya  kota Surabaya ataupun kota Batavia yang sekarang menjadi Ibu kota Jakarta. berbagai aspek kehidupan tempo dulu  terlihat memiliki ciri yang begitu khas dan berbda sekali dengan masa sekarang. Dari foto-foto tempo dulu tersebut kita menjadi tahu keadaan masa lalu dan dapat membandingkannya dengan kehidupan sekarang sudah banyak berubah. Selain itu, walaupun kita tak hidup dimasanya, seolah-olah dengan foto-foto tersebut, kita telah dibawa kemasanya, sehingga mampu memberikan kepuasan sendiri dalam jiwa kita.
Lebih menarik lagi dari beberapa foto tempo dulu tersebut, ada beberapa hal yang masih bisa kita temui dalam pada masa kini. Beberapa hal tersebut terkait tata ruang kota dan bangunan-bangunan maupun yang lainnya. Seperti contoh bangunan Stadhuis Batavia atau gedung balai kota. Gedung ini merupakan bangunan yang dijadikan kantor pemerintahan kolonial. Gedung ini sampai sekarang masih ada dan dipertahan kan oleh pemerintah Jakarta. sekarang Stadhuis Batavia dijadikan sebuah museum dengan nama museum sejarah Jakarta atau yang lebih dikenal dengan museum fatahillah. Selain Stadhuis Batavia yang ada dijakarta di Surabaya terdapat jembatan merah yang dulu pada masa kolonial bernama De Roode Brug[3], sungai kali mas, pintu air wonokromo dan lain sebagainya. Tentunya selain Surabaya dan Jakarta, diberbagai tempat yang lain juga memiliki warisan-warisan sejarah masa lalu.
 
Gambar : Stadhuis Batavia & sungai kalimas Surabaya
Sumber : http://media-kitlv.nl/
Seperti foto-foto kota  tempo dulu, banyak diantaranya yang menyajikan keindahan kota. Seperti contoh keindahan arsitektur bangunan kota masa kolonial beberapa kota yang menjadi pusat pemerintahan kolonial seperti  kota Batavia (Jakarta), Surabaya, semarang dan kota-kota besar lainnya,  menunjukkan berbagai bangunan-bangunan yang memiliki nilai arsitektur yang indah. Bangunan masa kolonial tersebut sengaja dibangun untuk kepentingan pemerintah kolonial dahulu. Terlihat dari bangunan yang ada sangat terpengaruh arsitekturnya Eropa.
Beberapa arsitektur kota-kota di Indonesia pada masa kolonial, banyak diantaranya yang masih kokoh berdiri sampai saat ini. gedung-gedung tersebut rata-rata berada di kota-kota besar yang dahulu merupakan kota kolonial. seperti di Jakarta terdapat Stadhuis Batavia, di Surabaya terdapat gedung Lindeteves[4],  di semarang terdapat gedung marba[5] selain ketiga kota ini dibeberapa kota lain juga memiliki banyak bangunan-bangunan dari warisan kolonial yang masih bertahan sampai sekarang.

Gambar : De Bibisbrug met rechts het kantoor van Lindeteves te Soerabaja Circa 1925
Sumber : http://media-kitlv.nl/

Gambar :Gedung Marba
Dari beberapa foto arsitektur bangunan tersebut, tentu keindahannya dapat kita nikmati. Bahkan untuk bangunan-bangunan bersejarah yang masih berdiri sampai sekarang,  kita dapat mengunjunginya. Seperti contoh kawasan kota lama Jakarta, kawasan kembang jepun Surabaya, kawasan kota lama semarang dan lain sebagainya.
Kesimpulan
Manusia setiap hari satiap saat selalu meninggalkan jejak sejarah. jejak-jejak tersebut lama-kelamaan akan semakin menjauh seiring berjalannya waktu yang terus berjalan kedepan. Jejak masa lalu yang telah ditinggalkan manusia menyimpan banyak hal tentang kehidupan manusia, yaitu mulai hal-hal yang menyenangkan, menyedihkan, hal-hal yang unik,  ataupun hal-hal yang lainnya.
Untuk menggapai sejarah yang begitu jauh ditinggalkannya, maka perlu suatu cara untuk mendapatkannya. Maka dengan adanya sejarawan dan tulisan sejarah,  sejarah yang sudah kabur dan sangat jauh dari ingatan manusia dapat di gapai sedekat angan dan fikiran manusia.  Selain itu tulisan sejarah, cerita sejarah mapun jejak sejarah seperti bangunan lama, foto-foto lama akan membantu manusia untuk mendapatkan gambaran masa lalunya. Manusia akan dapat berjalan-jalan kemasa lalu, untuk menapaki satu peristiwa, keperistiwa lain, sehingga hal tersebut akan memunculkan kesengan dan kepuasan tersendiri pada jiwa manusia.
Dari uraian diatas tentu dapat kita pahami bahwa letak nilai estetis sejarah berada pada peristiwa masa lalunya. Selain itu tulisan-tulisan sejarah dan cerita sejarah juga memiliki keindahan sendiri, karena mampu membawa manusia menapaki sejarah masa lalunya. Selain menggunakan tulisan sejarah dan cerita sejarah, manusia juga dapat menggunakan foto-foto tempo dulu untuk menikmati sejarah masa lalu. karena dengan foto-foto tersebut manusia akan mendapat kan gambaran yang sangat jelas mengenai kehidupan masa lalunya.

Daftar Pustaka
Abdullah, Taufik dan Sukri Abdurrahman, Indonesia Across Orders: Arus Bawah Sejarah Bangsa (1930-1960). Jakarta : LIPI Press, 2011
L. M. F. Purwanto & R. Soenarto, Menapak Jejak-Jejak Sejarah Kota Lama Semarang. Bandung: Bina Manggala Widya, 2012
Syarfiie, Inu Kencana.  Pengantar Filsafat. Bandung: Refika Aditama, 2010.
http://media-kitlv.nl/





[1] Inu Kencana Syafiie, Pengantar Filsafat ( Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm. 39.
[2] Ibid, 39.
[3] De Roode Brug atau sekarang yang dikenal dengan Jembatan merah pada masa kolonial berfungsi untuk menghubungkan daerah sebelah barat kali mas dengan sebelah timur kalimas. Pada masa kolonial daerah sebelah barat ini merupakan pemukiman orang-orang eropa (Europeesche Wijk) sedangkan sebelah timur merupakan pemukiman orang cina (pecinan), Orang arab (Arabische Kamp) dan daerah melayu. Tepat didepan jembatan tersebut sampai tahun 1925 terdapat kantor Residen yang merupakan pusat pemerintahan kota Surabaya waktu itu. Sehingga jembatan merah ini menjadi tempat yang sangat ramai pada saat itu dan menjadi tempat yang sangat terkenal sampai sekarang ini. (sebagaimana dikutip oleh Sarkawi B. Husein dalam Handinoto, Perkembangan dan Arsitektur Kolonial Belanda di Surabaya 1870-1940. Surabaya :Universitas Kristen PETRA-Andi Press, 1996)
[4] Gedung Lindeteves merupakan gedung yang dibangun oleh pemerintah kolonila belanda pada tahun 1913. Pada masakolonial Belanda gedung ini digunakan sebagai kantor dagang, kemudian pada masa jepang gedung ini dialih fungsikan menjadi tempat penyimpanan senjata. Sekarang gedung ini masih berdiri dan digunakan oleh bank Mandiri yang terletak disebelah kiri Jl. Pahlawan Surabaya.
[5] Gedung ini terletak dijalan Let.Jend. suprapto 33 semarang. Gedung ini dahulunya merupakan sebuah toko de Zeikel dan sekarang beralih fungsi menjadi kantor. Gedung ini  bergaya arsitektur Spainish Colonial yang dibangun pada pertengahan abad ke 19. Nama Marba sendiri diambil dari nama pemrakarsanya yaitu Marta Bajunet yang kemudian disingkat dan dijadikan nama bangunan menjadi Marba yang terpampang di tembok atas bangunan ini (L. M. F. Purwanto & R. Soenarto, Menapak Jejak-Jejak Sejarah Kota Lama Semarang. Bandung : Bina Manggala Widya, 2012)














Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Cakrawala Dunia - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger